Kader Partai Bangga Disebut Kader Desa, Bangun Kemajuan Indonesia Raya dari Desa Seluruh ekspresi kebudayaan rakyat di desa, seperti budaya lesung, kuliner, seni, permainan anak Dan lain lain akan ditampilkan selama Bulan Bung Karno.
JAKARTA - PDI Perjuangan sangat bangga dengan identitas yang melekat sebagai GrassRoots Party, Partai Wong Cilik dengan Kader Partai yang menyebut dirinya sebagai kader desa.
“Selama Bulan Bung Karno yang dimulai dari peringatan hari lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni, lahirnya Bung Karno pada tanggal 6 Juni, dan wafatnya Bung Karno pada tanggal 21 Juni, Partai memfokuskan diri dengan hadir di desa, membangun spirit kemajuan dari desa dan mengembangkan desa sebagai taman sari peradaban nusantara” kata Hasto Sekjen DPP PDI Perjuangan melalui Rilisnya kepada Huma Betang (31/5/2021)
Lanjutnya, Dengan hadir di desa, bergumul dengan persoalan rakyat sehari-hari, maka apa yang dilakukan oleh Partai merupakan antitesa dari politik elektoral yang seringkali hanya berbasiskan popularitas semata.
“Aspek elektoral sering dimanipulasi oleh pencitraan.”kata Cah Jogja ini
Lanjut Hasto, PDI Perjuangan membangun elektoral dengan basis kebudayaan; dengan basis kekuatan riil di akar rumput dan dengan merasakan seluruh nafas keseharian rakyat guna menampilkan seluruh watak kekuasaan yang membumi”
Dengan turun menyatu dengan rakyat, maka bahasa yang dipakai oleh anggota dan kader Partai adalah bahasa rakyat, bahasa kejujuran guna menyuarakan problematika rakyat, mencari solusi atas persoalan-persoalan yang ada di DEsa itu, namun tetap mengandung nafas kebudayaan masyarakat desa. PDI Perjuangan terus mengeskpresikan seluruh ke-Indonesia-an kita: Kebhinnekaan yang hidup di desa, semangat berdikari dari desa, budaya gotong royong penuh toleransi, hidup rukun dan kehidupan yang menjaga kelestarian alam raya dan seisinya dari desa.
“Kita diajarkan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri tentang jati diri dan watak politik yang sebenarnya, yakni politik yang berbicara tentang keseharian rakyat, seperti politik yang memastikan ketersediaan pangan dengan harga terjangkau; politik tentang pentingnya kebersihan lingkungan hidup; politik menanam; politik yang membangun kesiapsiagaan rakyat terhadap bencana; politik yang membahas asupan gizi rakyat, politik kuliner, pariwisata, politik pendidikan, dan pendeknya watak politik yang menyentuh seluruh aspek kehidupan rakyat” tutup Hasto Alumni UGM ini.
(Yustinus Tenung)
0 Comments