MAKASSAR - Doktor Ilmu Pertahanan, Hasto Kristiyanto, menyatakan Sulawesi Selatan (Sulsel) harus dibangun berdasar pemahaman geopolitik, khususnya menyangkut strategisnya Selat Makassar.
Dijelaskan Hasto, posisi Selat Makassar sangatlah strategis dan penting. Dengan akan dibangunnya ibukota negara Indonesia di Kalimantan Timur, maka Selat Makassar berada dalam koridor segaris. Selat ini menjadi pintu yang menghubungkan ke Utara sampai ke Samudera Pasifik.
“Seandainya terjadi perang di Laut Tiongkok Selatan, maka Selat Makassar berperan sangat penting. Maka Universitas Hasanuddin harus membangun kesadaran terhadap masa depan, apa titik titik strategis yang harus dikembangkan dalam konteks konektografi, yang harus kita bangun dalam konteks geopolitik Soekarno,” kata Hasto dalam kuliah umumnya mengenai geopolitik Soekarno di Universitas Hasanuddin (Unhas), di Makassar, Kamis (28/7/2022).
“Kita harus memperkuat ketahanan nasional kita. Dan ini akan memerlukan kepemimpinan intelektual dari kampus untuk melihat hal ini,” kata Hasto lagi.
Apakah ini merupakan hal baru dan mustahil dilakukan? Hasto mengatakan bahwa memberi perhatian ke maritim dan laut, bukanlah hal baru bagi Sulawesi.
Hasto lalu mengingatkan bahwa orang-orang Sulawesi adalah bangsa pelaut. Penelitian menemukan, selain Kapten James Cook, sekitar tahun 1700-an, sekelompok pelaut dan saudagar dari suku-suku maritim Nusantara yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, menggunakan kapal Pinisi, mendarat di Arnhem Land, pantai utara Australia.
“Jejak sejarah pelaut Makassar ini terlihat dalam karya seni suku Yolngu hingga saat ini. Suku Bugis dan Suku Makasar dikenal sebagai pelaut asli Nusantara yang sangat tangguh,” kata Hasto.
Hasto lalu menyinggung peran Perguruan Tinggi di Sulsel dan mahasiswanya agar bisa merespons keadaan itu. Pertama adalah akademisi harus memperkuat penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, lewat perbanyakan riset dan inovasi.
Kampus juga harus bisa melakukan kaderisasi kepemimpinan mahasiswa.
“Universitas mempersiapkan seluruh aspek kepemimpinan nasional dengan membangun kesadaran cara pandang geopolitik dalam mendayagunakan seluruh potensi instrument of national power bagi ketahanan nasional, kemajuan pembangunan, dan pertahanan negara Indonesia,” kata Hasto.
Menurut Hasto, sesuai hasil penelitiannya dalam disertasi mengenai pemikiran geopolitik Soekarno di Universitas Pertahanan, pendidikan menjadi faktor terpenting kedua setelah varianel kepentingan nasional, jika Indonesia mau maju.
“Perguruan Tinggi harus menjadi salah satu motor penggerak kemajuan. Perguruan Tinggi menjadi pelopor tindakan yang bersifat progresif revolusioner dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi melalui riset dan inovasi yang berpihak pada kemajuan bangsa,” beber Hasto.
Kepada para mahasiswa, Hasto mengajak agar memperkuat dirinya dan berimajinasi tentang masa depan dirinya dan Indonesia.
“Tiada hari tanpa belajar, tiada hari tanpa membaca buku, tiada hari tanpa diskusi, tiada hari tanpa melakukan riset dan inovasi,” tegas Hasto.
Sementara itu, Rektor Unhas Prof.Dr. Jamaluddin Jompa mengatakan bicara geopolitik sangat relevan. Apalagi semua tahu bahwa beberapa bulan terakhir, dunia menghadapi sesuatu yang mencemaskan terkait perang Rusia-Ukraina.
“Maka sebagai bangsa kita harus lebih kuat,” kata Jamaluddin dalam pidatonya saat pembukaan kuliah umum itu.
“Geopolitik harus jadi pemahaman bersama, sehingga ilmu-ilmu lain juga setidaknya harus belajar geopolitik. Sehingga bisa ikut menentukan arah bangsa kita,” tambahnya.
Menurutnya, belajar geopolitik bukan hanya belajar soal sejarah bangsa atau pertahanan negara semata. Namun juga soal kesejahteraan rakyat, hingga berbagai hal terkait lainnya.
“Kami di Universitas Hasanuddin ingin berperan membangun NKRI utuh. Tak mungkin negara kuat kalau sumber daya manusia Indonesia tak kuat. Maka kami berharap diberikan kesempatan seluasnya menggodog generasi muda untuk bisa memajukan Indonesia,” kata Jamaluddin.
Di acara itu, ratusan mahasiswa dan civitas akademika Unhas hadir. Selain itu, hadir juga civitas akademika dari Universitas Negeri Makassar, Politeknik Negeri Makassar, dan Universitas Pertahanan RI. Turut hadir sejumlah kepala daerah dan anggota DPR/DPRD dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP). Tampak hadir juga Ketua DPD PDIP Sulsel Ridwan Andi Wittiri dan Sekretarisnya Rudi Pieter Goni dan Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri.
(PDI Perjuangan/Samhadi)
0 Comments