Palangka Raya - Sekjen PDIP Dr. Hasto Kristiyanto saat hadir di Rapat Tiga Pilar Partai PDIP Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam rangka menindaklanjuti hasil Rakernas II. Di acara itu, jajaran pengurus PDIP Kalteng dipimpin Ketua DPD Arton Dohong dan Sekretarisnya Sigit K.Yunianto. Hadir juga Gubernur Kalteng yang merupakan kader PDIP Sugianto Sabran, serta dua anggota DPR dapil Kalteng Agustiar Sabran serta Willy M Yoseph menyampaikan kepada segenap jajaran PDIP di seluruh Indonesiabelajar dari semangat perjuangan Proklamator RI Bung Karno dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Dikatakan Hasto, PDIP dulu selalu dikerdilkan, partai yang hanya dijadikan asesoris demokrasi. Tapi Megawati belajar dari Bung Karno, bahwa semuanya harus berangkat dari sebuah ide.
“Ide gagasan ini akan menciptakan suatu spirit juang. Spirit juang ini akan menciptakan tekad dan tindakan. Menciptakan tindakan nasional. Ini yang perlu kita pelajari dari Bung Karno dan Bu Mega,” tutur Hasto.
“Bu Mega juga berangkat dari ide yang sepertinya tak mungkin dijalankan saat itu. Tetapi dengan bergerilya melantik korcam-korcam, Ibu Mega bagaikan mendirikan tower-tower telkom yang memancarkan signal dan terjadi koneksitas antara pemimpin dan rakyat. Dimana tower-tower itu adalah pengurus cabang PAC sebagai koordinator kecamatan,” beber Hasto.
Dilanjutkan Hasto, Megawati berkeliling ke seluruh Indonesia, sama dengan hal yang dilakukan oleh Bung Karno berkeliling Indonesia. Bahkan sampai dimasukkan penjara karena Bung Karno mendengungkan Indonesia merdeka sehingga ditakuti oleh kolonial
Belanda.
“Maka skala prioritas kita adalah tiada hari tanpa konsolidasi, tanpa turun ke bawah, tiada hari tanpa pergerakan ke rakyat. Kita lakukan pergerakan kepada pemilih khususnya kepada perempuan dan anak muda,” ujar Hasto.
Hasto secara khusus meminta agar pengurus dan kader partai, termasuk di Kalteng, untuk tak terpengaruh mengenai capres-cawapres. Sebab hal itu akan diputuskan oleh Megawati.
Menurutnya, Megawati mencari seorang sosok pemimpin yang kuat secara ideologis, yang paling tidak pernah berkeliling ke seluruh Indonesia dan benar-benar mengenal rakyatnya.
Dengan berkeliling Indonesia, ia memahami kondisi Indonesia dengan keragaman budaya, sumber daya alam, hingga kondisi geografisnya yang dikelilingi lautan. Juga mencari sosok pemimpin yang bisa menyelesaikan masasalah rakyat dan membangun masa depan.
“Kader PDIP harus taat asas. Ibu Mega mempertimbangkan yang terbaik bagi bangsa dan negara, mencari pemimpin yang betul-betul mengakar pada rakyat, dipimpin oleh ideologi Pancasila sehingga bisa menentukan arah masa depan. Itu yang dicari Bu
Mega,” urai Hasto.
Hasto juga mengatakan tantangan lain di 2024 adalah ancaman radikalisme dan kekuatan yang ingin mengganti Pancasila. “Kita harus jaga soliditas menghadapi berbagai tantangan ideologis,” pungkas Hasto.
(PDI Perjuangan / Samhadi)
0 Comments