"Hidup itu singkat, buat apa menangisi takdir. Lebih baik tetap tersenyum dan menjauh dari pikiran-pikiran yang bikin cepat tua," kata Ayu perempuan berumur 24 tahun berlesung pipit ini, membuka obrolan dengan Huma Betang , Kemarin.
PALANGKA RAYA- Dandanan wanita yang mengaku sehari-hari bekerja sebagai kasir di salah satu kelab malam di kota Palangka Raya itu terlihat sangat berkelas."Maaf ya lama datangnya, soalnya macet," sebut saja Ayu saat tiba di salah satu kafe di kawasan Jalan Yos Sudarso, Palangka Raya, kemarin sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman dia berujar, "Eh, wawancaranya ini enggak gratis lho." Lalu, dia tertawa lebar. Tentu, dandanan berkelas dan serba mewah yang ditampilkan gadis ramping berusia 24 tahun itu tak dibiayai dari gajinya sebagai kasir.
Sejak lulus SMP, Ayu sudah terjerumus ke dalam bisnis prostitusi terselubung ini, Kala itu, dia mencoba peruntungannya di kota Palangka Raya.
"Awalnya saya gadis baik-baik kok. Sayangnya, saya tidak sabar mencari pekerjaan halal, akhirnya takdir membawa saya menjadi ladies di Kota," ungkapnya dengan mata menerawang jauh.
Tanpa ditanya, gadis itu langsung menceritakan perjalanan hidupnya. Dia seolah sudah mengerti apa yang diinginkan pencari berita. Sebab, tak hanya sekali ini dia diwawancarai seputar kehidupan dunia malam yang digelutinya.
Awal Mulanya, Ayu pergi ke Ibu Kota untuk mencari kerja. Sayang, latar belakang pendidikan yang hanya lulusan SMP tak membuatnya mendapat banyak pilihan pekerjaan. Ayu yang datang dari pelosok desa di Kalimantan Timur lantas mengadu peruntukan ke Palangka Raya, ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah ini.
Alasannya, dia melihat tetangga sebayanya yang berhasil menjadi kaya setelah dua tahun merantau di Kota Palangka Raya.
"Dari kawan saya itulah, akhirnya saya tahu kalau ada pekerjaan di salah satu kelab malam. Dia bilang cuma kasir dan front office. Ternyata, yang dibutuhkan penari dan ladies yang harus menemani tamu-tamu yang datang," kata Ayu. Sabtu 18 September 2021.
Sejak saat itu, Ayu pun menekuni profesi gandanya sebagai pekerja seks komersial. Namun, berkali-kali dia mengingatkan bahwa dia PSK "berkelas" dan bukan PSK pinggir jalan.
Dulu, saat pertama bekerja, Ayu mengaku bisa menerima sembarang tamu. Tetapi, setahun berjalan, dia mulai terkenal dan tidak sembarang mencari pelanggan. Tarifnya kini Rp 1 juta per malam. Tak hanya itu, Ayu hanya mau menginap di hotel berbintang dengan kendaraan mobil pribadi. Bahkan, tak jarang, Ayu meminta pembayaran dalam bentuk mata uang dollar AS.
Memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Messenger, WhatsApp, dan Michat. Ayu menjajakan diri kepada para pelanggannya. Uang yang diperoleh dari bisnis inilah yang lalu digunakan Ayu untuk memperbaiki diri. Tak hanya secara fisik, Ayu pun menaikkan "kelasnya" dengan cara mencari ijazah SMA dan berkuliah di salah satu universitas di Palangka Raya, Ayu mengaku berhasil membuat ijazah "bodong" sebagai modal untuk mendaftar ke perguruan tinggi ternama di Palangka Raya.
Kini, Ayu yang hanya lulusan SMP itu sudah tercatat sebagai seorang mahasiswi.Dia sadar dengan ijazah seadanya dia tidak akan bisa mencari pekerjaan yang diimpikan. Jika harus kembali ke kampung, maka ia akan menanggung malu. Sebab, saat mau berangkat, dia menceritakan ke semua tetangganya kalau dia akan kaya raya saat pulang nanti.
(Deddi)
0 Comments