"Dari balik penjara saya bertekad untuk tidak lagi makai (sabu). Saya kasihan saya anak dan istri termasuk ibu saya di rumah. Sedih banget kalau mengingat mereka," kata Ipul mengawali ceritanya dengan wartawan Huma Betang Sabtu 25 September 2021.Setelah bebas, kisahnya, dia bergegas pulang untuk menemui ibu. Perempuan yang sembilan bulan mengandung dan melahirkannya. Sebelum bertemu, dia masuk ke kamar mandi sambil membawa seember air.
Berlinang air mata, Ipul menyampaikan permohonan maaf. Berjanji tak mengulangi lagi. Perempuan paruh baya yang melahirkannya itu pun dipeluk erat, seraya mendudukkan di kursi. Ember air diraihnya untuk mencuci kaki ibu. Air mata deras mengalir dari ibu dan anak itu."Kemudian air bekas cucian kaki ibu itu saya minum. Nyesel banget, mengecewakan ibu saya," katanya bergetar dan air bening mengalir dari balik kacamata hitamnya.Tampaknya cerita kelam narkoba belum berakhir. Ipul ternyata kembali masuk dalam jerat narkoba. Jaringan pengedar tak ingin Ipul lolos selepas dari penjara. Beragam modus dilakukan hingga ia lagi-lagi menjadi pecandu.
PALANGKA RAYA - Dandanannya terlihat rapi dengan rambut klimis. Kegemarannya mengenakan sepatu pantofel memberi kesan formal pada pria ini. Sementara kacamata yang selalu menempel di wajah seolah ingin menyembunyikan sorot pandangannya.Sebut saja Ipul Anwar (nama samaran), pria asal Banjarnegara Provinsi Jawa Barat yang kini tinggal di Jalan Nagasari kota Palangka Raya. Namanya banyak dikenal bukan hanya kalangan pegawai pemerintahan namun juga aparat keamanan. Tak ketinggalan, tenar pula di dunia hitam narkoba.
Bukan waktu sebentar Ipul mengenal beragam jenis narkoba. Baginya, dulu benda yang diharamkan tersebut ibarat kebutuhan pokok dan mesti dikonsumsi sebagai penambah stamina sekaligus mengencerkan pemikiran. Selama bertahun-tahun menjadi budak narkoba. Sabu dan aneka jenis pil telah bercampur dalam aliran darahnya. Bukan hal yang aneh bila narkoba telah meracuni dirinya, maka minuman keras juga kerap kali menjadi pendampingnya.Banyak kisah pilu saat menjadi pecandu narkoba. Pada awalnya masih terasa indah dan mudah. Sebagai anak pensiunan pegawai, maka uang bukan persoalan. Apalagi, Ipul juga dikenal cerdas dan ulet untuk mencari tambahan penghasilan.
Jerat narkoba masih membelenggunya ketika memutuskan untuk berumah tangga. Berperan sebagai suami dan bapak bagi anak-anaknya tetap dilakukan di rumah. Namun di sela-selanya, jaringan pengedar narkoba terus membelitnya hingga tak kuasa untuk berhenti jadi pecandu. Usahanya untuk menutupi candu narkoba pada akhirnya terbongkar.
Pria yang dikenal kalem dan cerdas itu mendadak didatangi polisi karena berurusan dengan narkoba jenis sabu. Menjalani masa kurungan di penjara menjadi potret gelap baginya bersama keluarga.
"Padahal saat itu saya sudah membangun usaha makanan. Sudah ramai, banyak pelanggannya. Omzet sudah besar, mungkin karena itu pula, saya merasa memiliki uang jadi ya buat beli sabu," Ungkap Ipul sebuah nama yang disamarkan ini.
Usaha makanan yang dibangun dengan modal bongkar uang tabungan pun tumbang. Gerai yang buka sejak pagi hingga malam, tutup. Beberapa karyawan terpaksa dipulangkan dengan pesangon seadanya.
"Semuanya habis, Saya sudah tidak punya apa-apa, Beruntung istri masih kerja sehingga kebutuhan sehari-hari masih ketutup. saya tak lagi kerja seperti dulu. Sudah beralih biar enggak komunikasi lagi dengan lingkungan narkoba seperti dulu," ungkapnya.
Ipul meneguhkan hati untuk tak lagi tercebur di lembah hitam narkoba. Dia pun tak ingin anak-anaknya mengikuti jejak buruknya."Ya itu semua masa lalu, Kini sudah tidak lagi bersentuhan dengan barang-barang itu. Haram. Jadi narkobaer tobat," pungkas Ipul sambil tersenyum optimis menyongsong kehidupan yang lebih baik ke depannya.
(red/Deddi)
0 Comments