Nasional

Gagal Berusaha Memahami Pak Jokowi

Oleh : DR.Ing. Ignasius Iryanto.

“Rekayasa licik di MK itu jelas untuk Gibran dan itu memalukan bahkan menjijikkan. Saya gagal memahami mengapa hal ini dilakukan beliau”.  

 

Ada beberapa sahabat yang mengatakan, Jokowi itu genius dan kalian jauh berada dibawah kemampuan dan intelegensinya. Kalian tidak bisa memahami Jokowi. Nanti kalian akan paham setelah jangka Panjang. Ibarat main catur, kalian itu pemain RT dan Jokowi itu Bobby Fischer.

Entahlah. Walau demikian saya coba menuliskan bagaimana saya mencoba memahami beliau dan merasa gagal memahaminya dalam konteks Gibran menjadi cawapresnya Prabowo.

Marah dan dendam pada arogansi elit PDI Perjuangan dan khususnya ibu Megawati ???

Cukup banyak yang menulis ini sebagai alasan beliau cawe cawe menghantar putranya sebagai cawapresnya Prabowo yang akan head to head dengan Ganjar dan Mahfud sebagai Capresnya PDI Perjuangan. Saya juga beberapa kali menuliskan kejengkelan saya atas arogansi yang ditunjukkan Megawati Ketika bahasa dan gimmicknya sangat merendahkan pak Jokowi dalam berbagai forum partai. Jokowi memang terlihat dihina oleh ibu Ketum disana.

Namun, kita semua menjadi saksi bahkan masih banyak jejak digitalnya, bagaimana kubu Prabowo dalam dua kali pilpres di tahun 2014 dan 2019, melakukan fitnah, hoax yang sangat keji terhadap Jokowi. Disebut China, PKI, Kristen…bodoh, dungu, plonga plongo dll. Kita tidak lupa akan isi majalah Obor Rakyat yang menyerang secara membabi buta pribadi pak Jokowi. Hoax oleh Ratna sarumpaet pun dilakukan oleh kubu Prabowo untuk menyerang Jokowi. Dan apa langkah Jokowi setelah menang di tahun 2019? Mengangkat Prabowo menjadi Menteri pertahanan dalam kabinetnya.  Orang boleh menganalisa ini demi stabilitas pemerintahan, ini demi kepentingan bangsa yang lebih luas dll, namun satu yang pasti dia adalah seorang pemaaf yang sangat dalam, rela melupakan seluruh hinaan itu demi kepentingan yang lebih besar. Ini mah kelasnya Sufie.

Gagal pahamnya saya adalah, mengapa terhadap hinaan berseri yang lebih kejam tersebut dapat dia maafkan namun arogansi ibu Megawati itu tidak bisa dimaafkan dan dilupakan ? Sementara Ketika dihina dan difitnah oleh kubu Prabowo itu, orang orangnya ibu Mega yang membela dia dan memasang badannya untuk mempertahankan harga dirinya. Saya gagal paham jika alasannya adalah dendam pada elit PDI Perjuangan, khususnya ibu Megawati. Apalagi jika dihitung jasa ibu Megawati pada dia dan keluarganya.

Strategi agar jika Prabowo yang menang ada orang yang mendampingi Prabowo yang bisa dipercaya beliau untuk mencegah infiltrasi kelompok radikal masuk dalam pusaran kekuasaan ??

Ini juga alasan yang sering digunakan banyak pihak untuk membenarkan Langkah pak Jokowi. Hal ini memang penting mengingat sejarah Prabowo yang pernah berkelindan dengan kelompok kelompok itu dimasa lalu dan ini misi yang berat. Namun, mengapa harus Gibran ? Bukankah hal itu lebih meyakinkan jika dititipkan pada tokoh seperti Eric Thohir atau Airlangga Hartarto atau bahkan Ridwan Kamil ? Ini catatan tentang kemampuan Gibran yang nanti akan dielaborasi secara khusus.

Strategi agar memastikan Prabowo meneruskan Langkah Langkah terobosannya, termasuk IKN dan Hilirisasi. ???

Saya juga sependapat bahwa ini sangat penting. Namun sekali lagi, Mengapa harus Gibran yang didorong. Misi ini juga dapat dijalankan oleh tokoh tokoh yang saya sebut diatas. Sekali lagi saya gagal paham.

Ketika wacana tiga periode menguat yang didorong oleh Opung Luhut, saya membuat surat terbuka kepada pak Jokowi agar beliau konsisten menolak wacana itu dengan berbagai argument. Salah satu catatan saya dalam surat tersebut adalah: adalah bentuk arogansi jika bapak menganggap hanya bapak sendirilah yang mampu meneruskan rintisan rintisan yang bapak lakukan bahkan adalah kegagalan bapak sebagai pemimpin jika tidak berhasil mempersiapkan calon penerus untuk hal tersebut. Saat inipun, saya melihatnya begitu. Apakah hanya anak bapak yang mampu memastikan keberlanjutan dari Langkah Langkah strategis bapak, yang memang merupakan Langkah Langkah besar bagi bangsa. Sekali lagi ini adalah bentuk Arogansi serta bukti kegagalan kaderisasi dari pak Jokowi sendiri.

Keputusan MK adalah keputusan independen tanpa campur tangan Jokowi dan bukti kemenangan generasi muda di negeri ini. Itu membuka peluang orang muda tampil memimpin negeri ini. ???

Pak Jokowi, selalu mengatakan bahwa dia tidak pernah intervensi urusan di Lembaga Yudikatif termasuk di MK. Jika ada masalah disana tanyakan ke MK dan tanya pendapat para ahli hukum. Jangan tanya saya. Sekian lama saya percaya memang begitulah adanya. Beliau orang yang taat pada trias politica dan prinsip check and balance antara tiga pilar demokrasi itu. Saya juga yakin bahwa wacana tiga periode, wacana perpanjangan dan terakhir wacana Gibran Wapres tidak berasal dari beliau. Itu manuver orang lain diluar sepengetahuan beliau. Sekian lama saya yakin hal itu.

Namun apa yang terjadi di MK sangat tidak bisa dimengerti oleh akal sehat. Pendapat hukum sudah dikemukakan oleh berbagai ahli hukum bahkan oleh otoritas tertinggi bidang ini di pemerintah yaitu oleh Menkopolhukam yang adalah professor di bidang hukum juga. Opininya jelas, itu bukan ranah yang menjadi wewenang MK, itu ranah yang menjadi wewenang Legislatif, dus DPR. Jadi logisnya MK langsung saja mengembalikan gugatan gugatan itu, tidak perlu membahasnya.

Yang terjadi adalah bukan saja  MK menyidangkannya namun juga mengeluarkan Vonisnya. Isi vonisnya juga sangat melawan akal sehat. 5 gugatan yang diajukan yang substansinya praktis sama, 4 gugatan ditolak namun satu gugatan diterima. Keputusan terkait gugatan yang diterima itu pun sangat tidak masuk akal. Dari 9 Hakim, yang menerima gugatan hanya 3 hakim. 6 hakim lainnya tidak sependapat dengan isi vonis yang dibacakan.

Namun direkayasa sedemikian sehingga seolah olah yang menerima ada 5 Hakim dan 4 hakim menolak, sehingga scorenya 5-4 dan vonisnya diumumkan. Jadi ada 3 tahap keanehan vonis di MK. Dengan Logika sederhana saja kita bisa menyimpulkan ada tekanan pada MK. Dan sangat beralasan jika orang menduga tekanan itu berasal dari Presiden, karena hanya kepala negara yang punya otoritas tertinggi untuk itu, apalagi ada hubungan keluarga antara ketua MK dan Presiden ( adik ipar kandung). Dan rekayasa seperti ini dengan menabrak aturan serta akal sehat public adalah Langkah yang memalukan bahkan menjijikan. Ketua MK sedang dilaporkan ke dewan kehormatan MK, kitu nunggu kelanjutannya.

Bahwa vonis itu bukti kemenangan generasi muda Nusantara adalah alasan yang jelas tidak logis. Keputusan itu jikapun dikeluarkan oleh Lembaga legislative yang memang memiliki wewenang untuk itu, jika dipaksakan berlaku untuk tahun Pilpres 2024 jelas dipersembahkan sebagai karpet merah buat Gibran. Jika itu memang dipersembahkan untuk seluruh generasi muda, mestinya sudah diputuskan sejak lama atau diberlakukan untuk Pilpres 2029.

Rekayasa licik di MK itu jelas untuk Gibran dan itu memalukan bahkan menjijikkan. Saya gagal memahami mengapa hal ini dilakukan beliau.

Apanya yang salah mendorong anaknya menjadi Wapres apalagi anaknya juga berprestasi di Solo ?

Argument ini sering juga dikemukakan oleh beberapa pihak, khususnya yang merasa mendapat benefit dari pencalonan ini. Dari sudut aturan tidak ada yang salah. Tidak ada UU yang secara eksplisit melarang pencalonan anak presiden menjadi wapres. Dari sudut kepatutan ini bermasalah. Ini pola top down ekstrim, bahkan dictator Suharto tidak melakukannya.

Dalam hal Langkah strategis transformasi bangsa,  Jokowi adalah presiden terbaik negeri ini. Dalam hal satu ini, Jokowi adalah presiden terburuk negeri ini. Bung karno tidak pernah mempersiapkan anaknya menjadi presiden ( juga karena tidak punya kesempatan untuk itu, pak Harto hanya pernah mengangkat Tutut sebagai Menteri sosial di periode terakhir pemerintahannya, pak Habibie dan Gus Dur juga tidak (juga tidak punya waktu karena terlalu singkat masa pemerintahannya), Ibu Megawati terlihat menyiapkan Puan namun tidak pernah melakukan rekayasa paksa untuk menjadikan Puan sebagai capres padahal dia memiliki kuasa untuk itu sebagai ketua partai ( bukan sebagai presiden), pak SBY juga sama, memerintah dua periode juga tidak pernah merekayasa agar anaknya dikarbit menjadi wapres atau presiden, Dia ingin anaknya menjadi RI2 atau RI1 namun proses yang normal diikuti.

Terkait dengan Jokowi, sangat sulit untuk percaya bahwa dia tidak melakukan apapun untuk mendorong Gibran. Walau saya mendoba memaksa diri untuk menerima asumsi itu, tetap saja berpendapat dengan melihat resiko yang akan bangsa ini hadapi, seharusnya pak Jokowi melarang anaknya mengikuti proses ini.

Hal lain soal prestasi Gibran di Solo. Jika benar berprestasi, apakah pengalaman 2 tahun sebagai walikota itu sudah cukup untuk memikul tanggung jawab sebagai  wapres ? Bahkan harus juga siap sebagai Presiden jika seandainya pak Prabowo berhalangan tetap karena satu dan lain hal mengingat umur dan kondisi Kesehatan beliau. Dari keterangan elit pdip, proses Gibran menjadi walikota juga tidak melalui persaingan yang sengit dan fair. Keberhasilannya membangun berbagai hal di Solo itu apakah tidak ada pengaruh dari posisinya sebagai putra presiden sehingga Langkah langkahnya selalu disupport oleh seluruh kementerian terkait serta juga oleh ayahnya ???

Saya sekali lagi tidak paham dengan pak Jokowi dan berpendapat ada ketidak patutan dalam Langkah ini dan tidak benar “prestasi” dua tahun Gibran di Solo sudh cukup untuk mengatakan dia mumpuni menjadi wapres negeri ini. Langkah ini justru membawa resiko besar buat negeri ini, jika Gibran terpaksa menjadi Presiden, jika pak Prabowo berhalangan tetap.

Ini adalah strategi geniusnya Jokowi, Cak imin ada di pasangan Amin, Gibran ada di Prabowo, itu menutup peluang masuknya kelompok radikal di kedua kubu itu, pemilu kita akan bersih dari politik identitas, akan berlangsung damai tanpa friksi yang ekstrim. Pemilu kita hanya akan dipenuhi oleh adu gagasan dan program.

Argumen ini juga penting, dan tiba tiba menyelinap dalam pikiran saya barusan ini. Dan sangat mungkin ini ada benarnya. 3 pasangan ini hanya akan adu gagasan serta menunjukkan pengalaman mereka dalam mengimplementasikan gagasan gagasan itu. Tidak akan ada lagi politik ayat, mayat, fitnah, nyerang pribadi. Pemilu dan pilpres kita akan sangat berkualitas. Apakah ini yang diinginkan beliau ? Iya, karena dua hal yang selalu diulang ulang beliau. Pemilu kita harus damai dan saya ingin penerus yang mampu meneruskan rintisan saat ini karena hanya 3 periode kedepan window buat negeri ini untuk meloncat menjadi negara maju dan sejahtera. Dua hal ini yang terus menerus dikatakannya.

Dengan masuknya Gibran, hal pertama akan dicapai. Hal kedua diserahkan ke pilihan rakyat setelah mendengar gagasan gagasan dan mempertimbangkan pengalaman mereka di berbagai ranah pemerintahan dan jam terbang serta kondisi fisik dan psikis dari 3 pasangan yang ditawarkan.

Buat saya sudah sangat jelas siapa yang akan unggul dari aspek aspek tersebut. Dan saya yakin pak Jokowi juga tahu itu. Resiko bahwa Gibran bisa berada di kubu yang kalah dia juga tahu itu. Saya berkeringat dan deg degan Ketika menyadari hal ini. Jika ini benar, saya Kembali ke kesimpulan saya dalam artikel sebelumnya, Jokowi ini sufie.

Saya tidak tahu apakah dengan point terakhir ini saya berhasil memahami pak Jokowi ? Saya tidak tahu. Paling tidak jika argument ini benar, saya makin yakin bahwa pasangan Ganjar dan Mahfud harus didukung tuntas secara militant untuk memenangkan posisi Presiden dan meneruskan rintisan pak Jokowi dengan perbaikan sana sini.

 

*) Penulis Pemerhati Sosial di Jakarta

 

You can share this post!

0 Comments

Leave Comments