P. Raya

Mengenal Tari Mandau dari Kalteng

PALANGKA RAYA - Kalimantan Tengah dikenal sebagai provinsi di Indonesia yang mayoritas pednduduknya merupakan Suku Dayak. Selain dikenal sebagai provinsi dengan beragam tempat wisatanya, Kalimantan Tengah juga dikenal sebagai salah satu provinsi yang kaya akan budaya. Salah satunya seperti tari Kinyah Mandau.

Suku Dayak pada jaman dahulu terkenal sebagai suku yang kejam. Pada masa itu hukum rimba berlaku bagi tiap anggota suku. Pada masa itu terdapat tiga istilah yang ditakuti, Ketiganya adalah Hapini, Hakayau, Hajipen.

Dari ketiga tradisi inilah asal mula Tarian Kinyah Mandau berawal. Masyarakat pada jaman dahulu harus membunuh dan membawa pulang kepala musuhnya. Setiap anak laki – laki yang berhasil melakukannya akan mendapat penghargaan berupa tato di bagian betisnya. Coretan pada betis itu menunjukkan bahwa anak yang bersangkutan telah dewasa, terdapat alasan selain sebagai bentuk penghargaan.

Membawa pulang kepala manusia menurut sub suku lain yakni sebagai pelengkap ritual. Upacara Tiwah, upacara ini merupakan ritual membersihkan tulang – tulang para leluhur untuk dibawa ke surge.Beruntungnya sekarang ini tiap sub suku Dayak telah berdamai. Perjanjian damai Tumban Anoi. Perdamaian itu disepakati oleh tiap – tiap sub suku Dayak. Setelah perdamaian dilakukan setiap sub suku Dayak menampilakn tarian Kinyahnya.

Dengan dipertontonkan tarian Kinya dari tiap sub suku sekat diantara mereka telah hilang. Karena dalam tarian Kinyah tiap sub suku akan menunjukkan gerakan atau jurus rahasia masing – masing. Jurus rahasia sangat dilarang untuk diajarkan ke sub suku lain, jika ketahuan maka akan dihukum mati.

Dalam Tari Kinyah Mandau tidak hanya dilakukan laki – laki. Tetapi perempuan juga mendapat kesempatan. Perlengkapan dalam perangnya berupa Mandau dan Talawang. Mandau merupakan senjata tajam dan Talawang berupa perisai. Namun ada juga yang menggunakan sumpit sebagai senjata.

Pakaian yang digunakan berupa pakaian khas suku Dayak dan ikat kepala dengan hiasan bulu burung Enggang. Tubuh para penarinya juga dihiasi tato khas suku Dayak yang sangat filosofis. Tarian yang berasal dari ritual sebelum perang ini telah menjadi tarian adat suku Dayak.

Tarian Kinyah Mandau juga telah dimodifikasi dengan ditambahi variasi gerakan agar semakin indah. Dan juga dibumbui aksi treatikal penarinya yang membuat tarian ini semakin mengagumkan. Tarian ini sering ditemui di acara – acara kebudayaan di Kalimantan Tengah. Dalam acara penyambutan tamu besar juga sering ditampilkan.

 

(Deddi)

You can share this post!

0 Comments

Leave Comments