Norhaini  : Pentingnya ASI Bagi Anak untuk Mencegah Stunting

• By HUMA BETANG
• 08-18-2022
• 202
• 20

PALANGKA RAYA – Peringatan pekan menyusui sedunia tahun 2022 beberapa waktu lalu diharapkan mampu menjadi momen untuk mendukung para ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) terhadap anak. Hal itu juga guna mencegah terjadinya anak gizi buruk dan juga Stunting.

“Saya mengajak seluruh masyarakat mendukung para ibu agar dapat menyusui sejak dini, secara eksklusif, dan berkesinambungan demi menurunkan angka stunting pada anak. Meskipun pekan menyusui sedunia sudah berakhir, tapi program untuk memberikan ASI eksklusif bagi anak bisa terus digaungkan,” kata Anggota DPRD Kota Palangka Raya, Norhaini, Kamis 18 Agustus 2022. 

Dijelaskannya, pekan menyusui sedunia yang dimulai sejak 1 hingga 7 Agustus 2022 lalu bertemakan menyusui merupakan kunci dalam menentukan strategi pembangunan berkelanjutan pascapandemi Covid-19. Oleh karenanya norhaini menyampaikan bahwa pemberian ASI ekslusif terhadap anak dapat mencegah stunting.

“Praktik menyusui yang optimal adalah kunci untuk menurunkan stunting pada anak di bawah usia lima tahun. Tentunya ini perlu dioptimalkan demi mencapai target global dan nasional dalam mengurangi stunting hingga 40 persen,” ucap legislator Partai Golkar ini. Momentum kali ini pihaknya mengapresiasi terutama kepada ibu-ibu yang telah memberikan ASI kepada anak bayinya. 

“Secara khusus saya mengapresiasi para ibu dan seluruh keluarga yang terus berjuang untuk bisa melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan memberikan asupan ASI bagi bayi dan anak-anak di tengah ancaman penularan Covid-19,” ungkap Norhaini. Norhaini menyebut, menyusui merupakan salah satu cara paling efektif untuk melindungi kesehatan anak dan ibu, sebab dengan ASI ekslusif bisa menjadikan tumbuh kembang yang baik untuk anak. 

“Meneruskan menyusui setelah enam bulan hingga dua tahun bersama dengan pemberian makanan pendamping ASI adalah cara yang paling memadai dan paling aman untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan memastikan perkembangan kognitif dalam fase kritis kehidupan,” sebutnya

(Deddi)