Barsel

Warga Jelapat Gelar Ritual Manengga Lewu Dayak Bakumpai

BARITO SELATAN - Sebagian dari masyarakat mungkin belum tahu arti ritual adat mampakanan sahur dan mamapas lewu. Kegiatan yang merupakan ritual adat suku bakumpai ini, dikemas warga Jelapat Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan lebih menarik, dan dijadikan agenda budaya tahunan sabtu 3 oktober 2021.

Kebanyakan orang hanya tahu kegiatan ini adalah agenda rutin pemerintan Kabupaten saja. Padahal kegiatan Manengga Lewu Suku Dayak Bakumpai ini merupakan kegiatan bagi keluarga yang mampu untuk memeberikan sesaji atau makanan para leluhurnya yang gaib yang dianggap sebagai penjaga kampung.

Menurut Laly, selaku pelaksana manengga lewu, arti dari mampakanan sahur adalah kelompok roh gaib yang mempunyai kekuatan dan kemampuan supranatural dan merupakan manifestasi dari kekuasaan Ranying Hattala Langit atau Tuhan Yang Maha Esa.  Disebut Tumbang Sahur Bagarantung Langit Tundun Parapah Baratupang Hawun Atau Sahur Parapah. Artinya, Kelompok Ini Ada Di Langit, Di Bumi Dan Di Bawah Bumi Atau Air.

Sementara itu, mamapas lewu merupakan manifestasi tatanan kehidupan masyarakat dayak dalam berinteraksi dengan komunitas sesama, yang merupakan gambaran kehidu-pan suku dayak bakumpai dalam menjalin persatuan dan kesatuan  atau falsafah rumah betang.

Lally selaku tuan rumah pelaksana menjelaskan,bahwa kegiatan manengga lewu dari suku  dayak bakumpai ini bertujuan untuk membersihkan alam dan lingkungan hidup atau  petak danum  beserta segala isinya dari berbagai sengketa, marabahaya, sial,  wabah penyakit  atau rutas pali dan sebagainya di Kabupaten Barito Selatan.

Salah satu pemain musik tradisional Juharni dari Desa Muka Haji,  Kecamatan Gunung Bintang Awai menjelaskan, wisata budaya dengan memperlihatkan budaya lokal sangat diminati wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Hal itu dikarenakan adanya sesuatu yang unik dan berbeda di setiap adat istiadat di Indonesia, salah satunya suku Dayak di Kalimantan Tengah.

Dalam kegiatan kali ini sangat berbeda dengan kegiatan sebelumnya atau yang dilaksanakan oleh pihak lain. Sayangnya banyak oknum yang mengambil keuntungan dari kesalahkaprahan ini. Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan hendak membuka lahan. Oleh pihak tertentu dilaksanakan upacara manyanggar, mamapas lewu atau tolak bala. Sejatinya upacara tersebut bukan adat, melainkan ritual agama hindu kaharingan.

Selama beberapa dekade terakhir cukup banyak masyarakat yang salah persepsi tentang adat suku dayak kalimantan tengah dan agama hindu kaharingan.  Bahkan, ritual-ritual yang seharusnya masuk ke dalam ranah agama hindu kaharingan malah dianggap upacara adat.

 

(Ary Mampas)

You can share this post!

0 Comments

Leave Comments