MALANG - Memasuki kawasan museum Brawijaya, yang ada di jalan Besar Ijen no 25A, kecamatan Krojen kota Malang ini, kita disambut dengan koleksi di taman senjata, bernama Agni Yastra Lokal . Diartikan secara bebas sebagai tempat, taman (Ioka) senjata (yastra) yang diperoleh dari api (agni) Revolusi 1945.
Ada tank buatan Jepang, tank ampibi Am track, senjata penangkis serangan udara, juga meriam 3,7 inci yang diberi nama si Buang. Nama ini disematkan sebagai penghargaan bagi prajurit yang gugur saat pertempuran melawan Belanda kala itu, yang bernama kopral Buang. Kemudian memasuki halaman depan, terdapat juga patung jendral Sudirman.
Di ruang lobi terdapat dua relief dan dua perangkat lambing-lambang kodam di Indonesia. Di ruang koleksi satu, tampak aneka macam benda bersejarah, diantaranya, senjata, samurai Jepang, pakaian prajurit PETA, Heiho dan pejuang, serta meja kursi yang digunakan saat perundinga. Ada juga lukisan, burung merpati post, kala itu sebagai penyampai pesan. Alat alat kesehatan, perlengkapan medis, dan Iain Iain. Di bagian belakang, ada Gerbong maut yang menjadi saksi sejarah, terenggutnya nyawa puluhan orang, yang menjadi tawanan belanda, dipaksa masuk ke dalam gerbong kereta api ini. Memasuki ruang koleksi 2, diantara sekian banyak display yang dipamerkan, ada sebuah bejana terbuat dari besi ,lengkap dengan asal muasal dan sejarahnya serta kontribusinya saat perang dahulu. Menurut kepala museum Brawijaya Malang, letda Arh supriyono, benda ini berasal dari Portugal yang merupakan salah satu.peralatan pabrik minyak, Oli.
Namun pada tahun 1975, bejana tersebut berubah fungsi menjadi sumur, tempat berlindung bagi tentara Indonesia, TNI brigif 2 kodam.VIII , Brawijaya, ketika terjadi konflik Timor Timur.
Museum Brawijaya sendiri memiliki peran sebagai, media pendidikan, tempat rekreasi, tempat penelitian ilmiah, tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai 45 prajurit TNI dan nilai patriotisme bagi masyarakat umum.
Seperti penuturan salah seorang pelajar kelas 2 SD, asaI kota Palangkaraya Kalteng, Rizky, mengaku senang bisa melihat dan berkunjung ke museum Brawijaya, banyak informasi sejarah perjuangan dahulu dan bisa melihat secara langsung, terlebih gerbong maut yang selama ini hanya dirinya Iihat dari media sosial.
Oh ya bagi anda yang sempat datang ke kota Malang, jangan lupa berkunjung ke Museum Brawijaya, yang buka setiap hari, dari jam 8 pagi sampai pukuI 3 sore hari, dengan biaya retribusi masuk 10 ribu rupiah per orang.
(Olivia Teja/ Deva Ardi)
0 Comments