Nasional

Museum Sandi Jogjakarta Satu Satunya Museum Kriftografi Di Indonesia

JOGJAKARTA - Museum Sandi menyimpan berbagai benda bersejarah, tentang ilmu kriptografi dari masa ke masa serta dai berbagai  Negara,  dan sejarah lahirnya persandian di Indonesia. Museum sandi, berada Di Kawasan  Kotabaru, Kota Jogjakarta, dan menempati gedung lama milik Auri yang sudah tidak terpakai, dengan bangunan 2 lantai serta 9 ruang display. Mengunjungi museum ini tidak dipungut biaya alias gratis. Buka sejak pagi hingga pukul 3 sore hari.

Memasuki lobi Museum, Huma Betang Kalimantan Tengah, langsung disambut petugas resepsionis yang ramah. Menyodorkan sebuah buku tamu, tanpa ada keterangan mengenai tiket yang harus kita beli. Masuk Museum ini gratis tanpa biaya tiket dan pengunjung langsung ditemani seorang pemandu yang selalu siap menjelaskan berbagai terkait sejarah, persandian dan edukasi lainnya. Masuk ruang pertama kita menyaksikan film dokummenter yang menceritakan sejarah persandian,dengan durasi singkat sebagai pengantar. Kemudian edukator menjelaskan tentang sejarah perkamen dan yang menarik pengunjung di ajak untuk mencoba bermain sandi melalui alat peraga.

Ruangan display di lantai 1 bercerita tentang kehidupan Dr. Roebiono Kertopati, Sang Bapak Persandian Negara Republik Indonesia. Ruangan lainnya  menampilkan berbagai Benda Bersejarah Dalam Dunia Persandian Indonesia, seperti Buku Sandi,  Sepeda Onthel Para Kurir, dan lain-lain.  Ada juga beberapa diorama yang menggambarkan kegiatan petugas sandi di zaman perang kemerdekaan, dengan bersemangat,Uswah Chandra Fitriani, Sang Educator yang juga pengelola koleksi menjelaskan kepada Huma Betang berbagai cerita menarik tentang benda-benda koleksi.

Uswah Chandra menambahka, pada awal kemerdekaan berbagai instansi di indonesia masih menggunakan sandi lama, dari masa colonial, sehingga mudah diretas oleh pihak tentara belanda. Sadar akan hal itu, Dokter Roebiono pun berinisiatif membentuk sandi baru yang hanya dapat digunakan oleh pihak Republik Indonesia. Sandi baru ini ditulis dalam 6 buku yang disebut sebagai "BUKU CODE C", masing-masing berisi 10.000 kata sandi dalam Bahasa Belanda Dan Inggris.

Agar sistem sandi baru ini diakui eksistensinya, Dokter  Roebiono meretas berbagai sandi lain yang digunakan berbagai Instansi Negara.  Tindakan ini membuat instansi-instansi tersebut sadar betapa lemahnya sandi lama, yang mereka gunakan, sehingga mereka pun sepakat untuk menggunakan sandi baru ciptaan Dokter Roebiono.

Pada masa Agresi Militer Belanda ke-2 di Tahun 1948, militer belanda berhasil menawan beberapa Pemimpin Republik Indonesia,  termasuk Ir Soekarno Dan Moehammad Hatta. Pada masa itu,  Dokter  Roebiono dan beberapa code officer (c-d-o) bawahannya berinisiatif membakar seluruh dokumen rahasia di dinas code sebelum jatuh ke tangan belanda, artinya agar tidak ada jejak dan barang bukti.

Mereka pun menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, memastikan keamanan komunikasi antara Pemerintah Darurat Mr. Sjarifoeddin Prawiranegara dengan berbagai Pasukan Gerilya Di Indonesia, salah satu lokasi pusat penyandian yang terkenal berada di Dusun Dukuh, Desa Purwoharjo, Samigaluh,  Kulonprogo, Jogjakarta.

Pada masa ini, petugas sandi bekerja dengan keadaan seadanya, sambil menunjuk sebuah Diorama Rumah Joglo di salah satu ruangan,  mereka bekerja hanya menggunakan tulisan tangan, ditemani lampu semprong di malam hari. Hingga saat ini bangunan tersebut, masih bisa kita jumpai, terawat  dan terjaga sebagai bukti sejarah.

(Olivia teja)

 

You can share this post!

0 Comments

Leave Comments