BARITO SELATAN - Petani cabai di Desa Sababilah Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan memanen tujuh puluh kilo cabai per pekan di lahan seluas tiga hektar, sabtu. Musim kemarau membawa berkah bagi para petani cabai khususnya warga di Desa Sababilah Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan. Kopterius salah seorang petani cabai, sukses memetik cabai rawit setiap pekan, tidak terpengaruh walaupun di tengah pandemi covit 19. Bila memasuki musim kemarau nanti sangat pas untuk menanam cabai rawit, kata kopterius saat ditemui jurnal tv di ladang miliknya sabtu (20 /februari /2021). Eunice selaku petugas penyuluh lapangan di desa sababilah menerangkan. Seharusnya tanaman cabai rawit ditanam sejak awal musim kemarau sekitar juni nanti. Menurutnya tidak ada cara khusus yang dilakukan untuk merawat tanaman tersebut, tanaman cabai hanya butuh penyiraman setiap hari. Apa yang mesti dilakukan petani sehingga kebun cabai mereka berproduksi tinggi? Kuncinya adalah perawatan dan pemupukan. Rahasia lainnya yaitu dengan menanam cabai dengan kepadatan tinggi alias high density planting. Di lahan seluas tiga hektar milik kopterius bisa menanam 500 pohon cabai selain jagung manis, singkong dan juga dipergunaan untu kolam ikan. Sedangkan untuk mengurangi serangan cendawan menurut Ety, selaku PPL perawatan hama penyakit disesa sababilah, petani dianjurkan memperhatikan sanitasi kebun, bedengan harus bersih. Tidak boleh ada sampah atau daun yang jatuh, teknik tanam rapat mesti diimbangi dengan pasokan nutrisi yang memadai. Sebaiknya petani menggunakan pupuk lambat urai agar nutrisi keluar perlahan. Dengan begitu petani bisa memupuk sebulan sekali. Penggunaan pupuk slow release juga lebih murah dibanding pupuk konvensional sehingga petani bisa lebih untung tapi sayangnya pupuk slow release masih langka di indonesia dan jarang di gunakan. Hama lain yang kerap menyerang adalah virus kuning, kutu kebul bemisia tabaci adalah vaktor utama penyebar virus kuning ciri tanaman terserang antara lain daun menggulung, mengecil, dan menguning. Dampaknya produksi buah menurun, bahkan bisa tidak berbuah. Sedangkan untuk pemasaran cabai rawit mereka menjual nya kepada para tengkulak dengan harga empat puluh lima ribu hingga enam puluh lima ribu rupian per kilonya. Untuk warga masyarakat yang ikut dalam panen cabai rawit tersebut perkilon nya dihargai tujuh ribu rupiah. Jika ikut memanen cabai rawit dari pagi hingga siang hari, mereka masing-masing bisa mendapatkan delapan kilo hingga 12 kilo gram cabai rawit. Dalam satu kali panen rata-rata kopterius menghasilkan tujuh puluh hingga – delapan puluh kilo cabai rawit. Kopterius mengakui jika tanaman tanaman hortikultura dan kebanyakan petani di Desa Sababilah memanfaatkan tanaman hortikultura seperti cabai, terung, tomat, semangka, melon, ubi jalar, singkong.
(AM)
0 Comments