Ketika Soekarno Datang dan Meletakan Batu Pertama Pembangunan, warga Pahandut melakukan ritual Adat Dayak yang disebut mampakanan sahur lewu (Memberi Persembahan Kepada Penjaga Alam Semesta-red), Selanjutnya Bung Karno melakukan tradisi Manetek Uei (pemotongan rotan-red) sebagai tanda peresmian dimulainya pembangunan kota Palangkaraya di kawasan rimba raya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah pada hari Rabu tanggal 17 Juli 1957 saat itu.
Beliau membawa rombongan antara lain Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Hugh Cumming Jr, Duta Besar Rusia D.A. Zukof, dan Raja Kasunanan Surakarta Sri Sunan Pakubuwono XVII. Sebuah tiang kayu ulin (tabalien) dipancangkan sebagai simbol dimulainya pembangunan Kota Palangka Raya. Lokasinya sekarang dikenal sebagai landmark Tugu Soekarno di dekat sungai Kahayan.
Prosesi peletakan batu pertama dilakukan di halaman rumah Tawur Angin di atas talian Jekan, namun ritual mampakanan sahur lewu dilakukan di Pahandut lama, di kawasan huma hai Ngabe Soekah Pahandut.
“Ritual ini dilakukan di rumah Damang Syawal Tundjan, saya ikut di sana,” kata Muller Senas atau Bapa Mantir.
Menurut Mantir, ritual mampakanan sahur lewu kali ini yang paling besar di Pahandut. Ritual itu dilakukan besar-besaran karena Pahandut menerima kunjungan presiden. Oleh sebab itu, para sahur sejagat alam dipanggil dan diundang ke ritual tersebut. Ritual itu dibuat besar karena Pahandut juga bersukacita setelah kampung halaman mereka ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.
Sahur adalah roh-roh gaib yang memiliki kekuatan supranatural dan hidup berdampingan dengan manusia. Arti harapiah mampakanan adalah memberi makan. Sehingga ritual mampakanan sahur memiliki arti memberikan persembahan (parapah) kepada kelompok sahur (roh-roh gaib yang berdampingan dengan manusia).
Tujuan mampakanan sahur lewu agar roh-roh jahat tidak masuk ke Pahandut saat pelaksanaan prosesi peresmian sekaligus ritual permisi kepada penjaga alam atau sahabat orang lewu. (berbagai sumber)
(Yustinus Tenung)
0 Comments