Kalteng

Sendratari “Nyai Balau – Buah Pilu” di UPT Taman Budaya Kalteng, Angkat Sisi Emosional Ibu Kehilangan Anak

Palangka Raya - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah, UPT Taman Budaya Provinsi Kalimantan, terus menunjukkan komitmennya dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah melalui pementasan Sendratari “Nyai Balau – Buah Pilu” yang digelar di Panggung terbuka Theather di UPT Taman Budaya Provinsi Kalimantan Tengah, Jalan Temanggung Tilung XIII, Palangka Raya, Sabtu (6/12/2025).

Dalam sambutannya, Gubernur Kalimantan Tengah yang di wakili dalam hal ini, Asisten Perekonomian Keuangan dan Pembangunan Yuas Elko menyampaikan bahwa sendratari tersebut bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan refleksi sejarah dan nilai luhur leluhur yang sarat pesan heroisme, keteguhan hati, serta kasih sayang seorang ibu dalam mempertahankan martabat dan buah hatinya.

Mengangkat kisah Nyai Balau di era modern, menurut Gubernur, merupakan bukti bahwa identitas budaya di Bumi Tambun Bungai tetap hidup di tengah arus globalisasi. Melalui sendratari ini, nilai filosofi Huma Betang dan semangat Isen Mulang dapat dikenalkan kepada generasi muda dengan cara yang indah dan relevan.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur memberikan apresiasi kepada UPT Taman Budaya Kalimantan Tengah, para seniman, dan seluruh pihak yang terlibat. Ia berharap Panggung Terbuka Taman Budaya terus menjadi ruang kreatif bagi lahirnya karya-karya seni yang memukau dan menyentuh jiwa.

Kepala UPT Taman Budaya Provinsi Kalimantan Tengah, Wilda D. Binti, menyampaikan bahwa pementasan sendratari “Nyai Balau – Buah Pilu” yang digelar pada malam hari ini menjadi media puncak kegiatan seni tahun 2025 di Taman Budaya Kalimantan Tengah.

Kegiatan tersebut diselenggarakan melalui UPT Taman Budaya dengan melibatkan pelajar tingkat SMA serta komunitas seni budaya. Sendratari ini mengangkat kisah Nyai Balau, namun ditampilkan dari sudut pandang berbeda dibandingkan kisah heroik yang selama ini dikenal masyarakat.

“Pada pementasan kali ini, kami mengangkat sisi dramatis dan emosional seorang ibu yang kehilangan anaknya. Hal ini sesuai dengan judul Buah Pilu, di mana digambarkan ketegaran seorang ibu dalam menghadapi kehilangan di tengah situasi perjuangan,” ujar Wilda.

Ia menjelaskan, tema tersebut dipilih sebagai refleksi dari peringatan Hari Ibu, dengan pesan bahwa seorang ibu harus tetap kuat, tegar, dan perkasa meskipun berada dalam kondisi penuh duka.

Pementasan sendratari ini didukung oleh sekitar 10 hingga 12 sanggar seni, baik sanggar seni budaya tradisional maupun semi-modern. Seluruh pengisi acara merupakan seniman asli Kalimantan Tengah yang telah berprestasi di bidangnya.

Wilda menambahkan, kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya daerah, tetapi juga wadah ekspresi dan pengembangan kreativitas bagi generasi muda serta komunitas seni di Kalimantan Tengah.

(Era Suhertini)

You can share this post!

0 Comments

Leave Comments