Nasional

Warisan Budaya Merangkai Janur Bersama Janurku Jogjakarta

JOGJAKARTA - Merangkai janur, daun kelapa, adalah sebuah seni yang sejak zaman nenek moyang  dahulu ada, dan digunakan dalam berbagai sendi kehidupan di masyarakat, seperti upacara keagaamaan, ritual adat, acara perkawinan. Kini janur sering digunakan untuk wadah berbagai penyajian  aneka kuliner.

Beginilah keseruan para anak anak muda, Mahasiswa Mahasiswi Akademi Kesejahtraan Keluarga , Akk Jogjakarta, mengikuti pelatihan seni merangkai janur. Nara sumber, pengrajin  janur, Suparjo Pardi Janur, yang memiliki komunitas pencinta janur, di Omah Selarong, di daerah Kembang Putihan Guwosari Pajangan, Bantul Jogjakarta, mengatakan dirinya sudah puluhan tahun menekuni seni ini, bahkan terus  mengajarkan cara merangkai  janur kepada anak dan cucunya. Ditemui disela sela mengajarkan tehnik merangkai janur, dalam workshop sehari yang digelar di ruang pertemuan Café dan Resto Kopi Selarong Jogja, Pandi  ingin membagikan pengalamannnya, bergelut dengan pembuatan, merangkai janur. Pandi mengatakan  merangkai janur harus mengerti karakter daun kelapa muda ini, dari bahan dasar, pemilihan bahan, cara penangannannya, dan ingin dikreasikan menjadi bentuk yang di inginkan, kesemuanya ada unsur seni. Olah rasa dan olah karya. Dan yang tak kalah pentingnya setiap bentuk karya dari olahan janur ini mengandung filosofi kehidupan.

Untuk membuat karya janur ini sendiri harus memulai dari tehnik dasar, untuk melemaskan jari jemari dan tangan, biasanya peserta  di ajarkan cara menjalin, menganyam, seperti membuat keris, pecut, walang walangan, clorot, kupat, manuk manukan,dan masih ada beberapa pembuatan janur yang tergolong basic, bahan pendukung ada, pisau, cutter, steples, benang,lidi.

Pardi berharap ketrampilan seni memrangkai janur ini terus lestari tanpa takut tergerus zaman. Dirinya pun bangga memperkenalkan janur Indonesia ini hingga ke Mancanegara. Melalui janur inilah membawa pardi mengajar dari negara satu ke negara lainnya, dari event tingkat lokal hingga internasional. Bahkan janur yang mereka tekuni ini, memperoleh rekor muri indonesia, pembuatan janur tertinggi, kembar mayang dengan tinggi 7 meter.

Salah satu pelajaran hidup, filosofi yang lahir dari rangkaian janur,  sering ditemui dan tidak asing lagi dalam upacara pernikahan, culture Budaya Indonesia,  adalah  kembar mayang. Ada di pelaminan mempelai,dan janur ini berarti simbol penyatuan dua individu, dua hati yang berbedamenjadi sama memiliki tujuan yang sama  dalam rumah tangga. Arti lain ,  sesuai filosofi hidup  budaya  jawa, janur dari kata ja’â yang berarti datang, nur artinya cahaya, dan kuning berasal dari wening artinya maha kuasa. Orang hidup itu harus selalu ingat pada yang maha kuasa.

Mungkin di setiap daerah di Nusantara memiliki arti dan filosofi  berbeda, namun seni merangkai janur ini akan terus ada dan lestari apabila diwariskan dan di ajarkan turun temurun dari generasi ke generasi. Pardi, di usianya kini tidak muda lagi, menambahkan dirinya akan terus menekuni seni merangkai janur  ini , walaupun usianya semakin bertambah,  namun usia tidak menghalanginya berkarya dan bekerja.

(Olivia Teja)

 

You can share this post!

0 Comments

Leave Comments