PANGKALAN BUN - Suksesnya seseorang menjadi seller, ikan hias tangkapan alam yang,banyak digemari dan penjualannya mulai dari pasar lokal, indonesia hingga ke mancanegara, tidak terlepas dari jasa seorang, pencari cacing sutra, untuk rekondisi ikan.
Agar setiap pengiriman anak ikan hias, jenis channa red marulioides,lokal p.bun tetap sehat dan sisiknya, tetap berwarna merah dan terlihat indah, dibutuhkan pakan alami. Untuk rawatan hariannya seperti cacing sutra yang banyak, dijumpai di sepanjang aliran sungai kecil atau parit.
Anggi eka puspita, yang akrab disapa anggi sejak terkena phk dari,kantornya dua tahun lalu akibat pandemi covid 19, mengharuskan dirinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara menjadi pencari cacing sutra di sungai kecil. Awalnya hanya sekedar iseng, untuk pakan ikan peliharannya sendiri.
Kebanjiran pesanan dari para seller dan toko-toko penjual ikan hias dikota P.Bun sebab cacing sutra merupakan pakan terbaik yang dijual dengan harga 100 ribu rupiah perkilo. Dalam sehari anggi mampu menghasilkan uang 300 hingga 400 ribu rupiah dari hasil menjual cacing sutra.
Dengan bermodalkan ember dan serok ikan setiap pagi, siang dan sore hari rutin dilakukan anggi menyusuri pinggiran anak sungai yang dangkal untuk mengambil cacing sutra yang terlihat, berwarna merah di dasar sungai.
Hasil yang didapat dibawa pulang untuk dicuci dan diproses lagi dengan memisahkan antara cacing sutra dengan lumpur bercampur pasir sehingga dibutuh waktu 2 hingga 3 jam sampai cacing sutra naik kepermukaan air dan siap untuk dijual.
(Rudi Bintoro)
0 Comments