PULANG PISAU - Dalam rangka melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), Lembaga Kemitraan Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pulpis melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas dalam pencegahan karhutla, dibeberapa titik rawan Karhutla diwilayah Bumi Handep Hapakat.
"Program Kemitraan selalu melibatkan Pemerintah Kabupaten, kelompok masyarakat, pihak swasta, TNI dan kepolisian. Lokasi kerja kita meliputi 57 Desa/Kelurahan di 7 Kecamatan dengan melibatkan 48 kelompok usaha dan 13 kelompok tani dengan jumlah anggota 239 orang. Dalam penanganan karhutla di Pulpis khususnya yang dilaksanakan pada tahun 2019 — 2020, Kemitraan memfasilitasi pembangunan sumur bor sejumlah 40 unit dan sekat kanal sebanyak 13 unit di 5 desa/kelurahan, yaitu Kecamatan Kahayan Kuala, Pandih Batu dan Sebangau Kuala. Bersama BPBD, TNI dan kepolisian wilayah setempat, Kemitraan pun turut mendukung fasilitasi pemetaan luas karhutla. Berkat kerjasama Ini terdapat sekitar 10.000 hektar teridentifikasi karhutla di 10 desa di Kecamatan Jabiren Raya, Kahayan Hilir, Sebangau Kuala dan Pandih Batu," ucap Andi Kiky, Deputy Cluster Pulang Pisau Program SIAP-IFM, Lembaga Kemitraan Indonesia.
Andi sapaan akrab Deputy Cluster Pulpis itu mengungkapkan selain melakukan pemeriksaan atau pengecekan, Rombongan juga melaksanakan program Strengthening Indonesian Capacity for Anticipatory Peat Fire Management (SIAP IFM) yang telah disepakati oleh beberapa kementrian.
kegiatan sendiri dalam program SIAP IFM adalah mendorong aksi pencegahan karhutla dengan strategi yang lebih optimal yang dirumuskan oleh semua pihak.
"Aktivitas dalam kegiatan itu berupa membasahi lahan gambut yang mulai mengering, memeriksa kembali segala infrastruktur yang dibangun dalam rangka pencegahan dan penanganan Karhutlah seperti sumur bor dan sekat kanal atau yang kerap disebut tabat. Kegiatan dilaksanakan dibeberapa daerah rawan Karhutla, seperti Desa Kantan Atas, Talio Muara, Talio Hulu dan Bahaur," ucapnya.
Ia menjelaskan program SIAP IFM merupakan pendekatan multi pihak. Ini melibatkan pemerintah, TNI, kepolisian, kelompok masyarakat, dan lembaga lain.
Berdasarkan refleksi pihak Kemitraan, upaya pencegahan karhutla di Pulpis membutuhkan kerja kolektif dari para pihak. Tantangan awal yang harus dijalani adalah meyakinkan pihak pihak yang terlibat mengenai pentingnya kontribusi masing masing dalam pencegahan karhutla.
"Selain memastikan infrastruktur yang dibangun dalam rangka pencegahan dan penanganan Karhutlah seperti sumur bor dan sekat kanal atau yang kerap disebut tabat. Dalam kegiatan ini kita juga membangun kesadaran semua pihak terutama masyarakat daerah rawan Karhutla agar dapat bahu mambahu mencegah terjadinya karhutla," katanya.
Ia juga menyampaikan dari hasil pelaksanaan SIAP IFM, kesadaran masyarakat terhadap ancaman Karhutlah. Bahkan masyarakat rela merubah manta pencarian mereka dari yang bertani menjadi berkebun untuk mengurangi potensi timbulnya api.
"Seperti yang diungkapkan oleh masyarakat Desa Kantan Atas, Kecamatan Maliku. Hampir 90 persen masyarakatnya beralih profesi yang dulunya bertani saat ini berkebun. Ini salah satu kesadaran mereka dalam mencegah munculnya potensi api," ungkapnya.
Pihaknya berharap upaya menata kembali strategi pencegahan dan penanganan karhutla mendapat dukungan penuh oleh semua pihak.
“Pencegahan dan penanganan karhutla di kawasan gambut Kabupaten Pulang Pisau perlu kolaborasi dari berbagai pihak, tidak bisa hanya fokus pada satu pihak saja. Mari kita wujudkan sinergisme terpadu dalam penanganan karhutla,” tutupnya.
(Antang)
0 Comments