JAKARTA - Dalam rangka menurunkan angka stunting di Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) serta Kementerian Agama menandatangani perjanjian kerjasama yang berlangsung di Auditorium Kantor BKKBN Pusat, Jakarta, Kamis, 16 Desember 2021.
Perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani oleh Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin, Sekretaris Utama BKKBN Tavip Agus Rayanto, dan Kepala Organisasi Riset dan Pengkajian Penerapan Teknologi BRIN Dadan Nurjaman.
Usai acara penandatanganan Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo kepada awak media menyampaikan, istilah stunting susah diingat oleh masyarakat awam. Bahasa yang mudah dimengerti yaitu stunting itu sudah pasti pendek. Tapi pendek belum tentu stunting dan stunting merugikan bangsa dan negara serta keluarga. Ada 3 kelemahan stunting yang membuat tidak produktif: (1) Pendek,sehingga jika mau jadi TNI, POLRI, Pramugari juga sulit; (2) Intelektual, kemampuan intelektual tidak akan diatas rata-rata pada umumnya; (3) Usia paruh baya sudah sakit-sakitan.
Ditambah lagi, di umur 45 biasanya sakit kardiovaskuler, serangan jantung, stroke dll. Jika dilihat sebabnya stunting karena kurang _sub optimal health_ atau _sub optimal nutrition_ atau asuhannya kurang baik. Saat ini teknologi telah canggih, bisa diukur melalui USG. Jika di USG menjelang kelahiran Panjang paha tidak sampai 7cm maka kemungkinan Panjang lahir tidak sampai 48cm berarti termasuk dalam indikasi resiko terkena stunting. Apabila di desa bisa diukur melalui meteran dan ada rumusnya dengan praktis jika tidak ada USG.
BKKBN harus melakukan konvergensi dengan berbagai kementrian dan Lembaga. Di pusat sudah ada tim percepatan penurunan stunting dengan kementerian dan Lembaga. Di kabupaten sampai provinsi dipegang oleh gubernur, walikota, bupati, dan kepala daerah. Kemudian ketua tim percepatan penurunan stunting adalah wakil-wakil kepala daerah. Di setiap daerah ada tim pendamping keluarga sebanyak 600ribu tim yang disebar di seluruh Indonesia. Ini Langkah kongkrit yang dilakukan untuk melakukan penurunan angka stunting sampai 14% hingga 2024 sesuai perintahkan presiden Jokowi. Demikian dokter Hasto menerangkan.
Hasto berharap”, Nantinya keluarga dapat mengecek kesehatan melalui aplikasi yang dikembangkan oleh BKKBN untuk mencegah kelahiran stunting. Jika memang terindikasi satu penyakit akan dikirimkan modul sesuai alamat keluarga tersebut.
(Noris)
0 Comments