PALANGKA RAYA - Meningkatnya sering terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Palangkaraya akhir akhir ini diakibatkan cuaca panas yang terjadi mulai dari lima hingga sepuluh kali sehari, berdampak menimbulkan buruknya tingkat kualitas udara yang mengakibatkan timbulnya berbagai wabah penyakit terutama yang menyerang pernapasan.
Menghadapi situasi tersebut Norhaini selaku anggota Komisi C DPRD Kota Palangka Raya, telah menyoroti potensi dampak buruk terhadap kualitas udara akibat Karhutla yang semakin sering terjadi. Ia menegaskan perlunya kewaspadaan dari Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya dan tindakan preventif untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Norhaini mengatakan, Pemko Palangka Raya harus aktif mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dampak buruk pada kualitas udara di kota tersebut akibat Karhutla. Salah satu fokus utama adalah melindungi masyarakat dari risiko penyakit pernapasan.
Ia juga menjelaskan bahwa ancaman penyakit pernapasan, seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), bahkan asma, dapat meningkat ketika kualitas udara memburuk akibat Karhutla.
Norhaini mengajak seluruh masyarakat Kota Palangka Raya untuk berperan aktif dengan menghentikan praktik pembakaran hutan dan lahan, karena selain berdampak pada kualitas udara yang memburuk, juga dapat memicu kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan.
Dalam situasi yang semakin kritis ini, tindakan preventif yang cepat dan efektif menjadi kunci untuk melindungi masyarakat dari potensi dampak buruk akibat Karhutla, terutama yang terkait dengan kualitas udara.
(Deddi)
0 Comments